Rabu, 23 Mei 2012

Resensi Novel


“ Resensi Novel Maryamah Karpov “

I.                    Latar Belakang
Salah satu buku dari Tetralogi Andrea Hirata ini, merangkum semua cerita dari keseluruhan tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor dan Maryamah Karpov. Sangat mengangkat Provinsi Belitong dan berhasil menjadi buku best seller.
Novel ini menceritakan kisah nyata kehidupan sang penulis yang berperan sebagai Ikal di Belitong dari mulai masa kecil bersama sepuluh teman temannya, salah satu temannya bernama Lintang yang pandai dan cerdas lagi rendah hati.
Jika dalam cerita tetralogi sebelumnya yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endensor menceritakan tentang masa kecil serta perjalanan hidupnya tahap demi tahap, maka dalam novel Maryamah Karpov ini lebih menekankan pada cerita percintaan Ikal kepada Aling yang lama menghilang.
Pencarian Ikal akan hilangnya Aling melalui proses jalan yang panjang dan melalui usaha keras, dari mulai membuat perahu, menghadapi penjahat lau, pokoknya apapun dia perbuat demi perempuan bernama Aling itu. Sampai akhirnya Ikal dapat menemukan Aling namun ada lagi rintangan yaitu sikap ayah Ikal yang tidak setuju dengan rencananya menikahi Aling.
Judul Novel ini Maryamah Marpov bukan berarti nama pemeran utama dalam Novel ini, Maryamah Karpov adalah salah satu peran dalam Novel ini sebagai pemilik kedai kopi didaerah tempat tinggal Ikal yang sering menyuguhkan hiburan berupa permainan Biola oleh putrinya, jadi yang di cover novel ini adalah putri dari pemilik kedai bernama Maryamah Karpov.
Bagi yang belum sempat membaca Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endensor, dalam karya pamungkasnya Maryamah Karpov, terdapat rangkuman cerita sebelumnya jadi jangan khawatir untuk tidak tahu cerita sebelumnya karena dalam Maryamah Karpov ada ulasannya dalam beberapa Bab.
Alur ceritanya begitu menarik, kaya akan kosa kata dan kaya akan bahasa sastra namun tetap tidak membosankan, disatu alur ada kala sedih, kocak dan membuat semangat juga.

II.                 ISI
Pulau Belitong tak seperti dulu lagi, masyarakat Belitong terpuruk setelah pabrik timah gulung tikar. Walaupun demikian, suasana Belitong tak jauh berbeda dibandingkan saat Ikal melanjutkan studinya ke Perancis. Masyarakat Belitong masih gemar membual, minum kopi ke warung, dan sangat menyukai taruhan.
Cerita dibuka dengan kehadiran seorang dokter gigi dari Jakarta yang bernama dokter Budi Ardiaz. Ia adalah wanita kaya dan sebenarnya bisa hidup nyaman di Jakarta. Akan tetapi, karena idealismenya, ia mengabdikan dirinya sebagai dokter di tanah Melayu, Belitong. Namun sayangnya, setelah berbulan-bulan membuka praktek, tak ada satupun masyarakat yang mau berobat padanya. Masyarakat lebih senang berobat ke dukun gigi dengan alasan bahwa mulut adalah sesuatu yang sensitif seperti kelamin. Jadi, tak boleh sembarangan memasukkan tangan ke dalam mulut kecuali muhrim. Kenyataan ini, membuat kepala kampung Karmun geram dan memaksa masyarakat untuk berobat pada dokter Diaz. Tapi sayang, masyarakat tetap kekeh dengan prinsip yang telah mereka pegang.
Selanjutnya, diceritakan bahwa masyarakat Belitong menemukan dua jenazah yang terapung di air. Kejadian itu mengagetkan masyarakat khususnya Ikal. Terlebih, jenazah itu memiliki tato kupu-kupu mirip tato A Ling. Konon kabarnya, dua jenazah tersebut tewas karena mencoba melarikan diri dari kawanan perampok yang bengis di pulau Betuan. Hal ini membuat Ikal meyakini bahwa A Ling merupakan salah satu penumpang kapal ke pulau Betuan. Ikal berniat ke pulau Betuan untuk menemukan A Ling. Tapi tidak ada yang mau membantunya. Malah, masyarakat melarang Ikal untuk berlayar ke pulau Betuan. Pulau itu sangat berbahaya, jika mau ke sana jangan harap untuk bisa balik lagi. Ikal tidak menyerah. Demi cinta! Itulah motivasi terbesar kenapa ia berusaha keras untuk bisa berlayar ke pulau Betuan. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Niat Ikal untuk berlayar akhirnya dibantu oleh sahabat-sahabatnya (Laskar Pelangi) yang kini telah tumbuh dewasa dengan profesi beragam. Lintang dan Mahar memiliki peran yang besar dalam masalah ini. Dengan modal semangat, bantuan dari sahabat-sahabatnya, dan sedikit ilmu, Ikal mampu membuat sebuah kapal yang hebat.
Kapal itu diberi nama Mimpi-mimpi Lintang. Walaupun Ikal telah berhasil membuat kapal, masih saja orang-orang mencemoohkannya dan tak ayal Ikal menjadi objek taruhan masyarakat Belitong. Tapi itu semua tidak menjadi penghambat untuk Ikal. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Ikal. Bahkan, Ikal membuat orang terkagum-kagum dengan perjuangan hebatnya.
Setelah berhasil membuat sebuah kapal yang hebat, Ikal berangkat ke pulau Betuan bersama Mahar, Chung Fa dan Kalimut. Mereka memiliki misi-misi yang berbeda untuk berlayar ke pulau Betuan. Selama perjalanan menuju pulau Betuan, banyak sekali rintangan yang harus mereka tempuh. Mulai dari angin laut, pembajak sadis, dan dunia mistik. Tapi semua rintangan itu dapat ia lewati. Akhirnya, Ikal dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari bertahun-tahun lamanya. Bahkan separuh benua telah ia tempuh untuk menemukan A Ling.
Singkat cerita, Ikal membawa A Ling pulau Belitong. Mereka berdua berniat untuk menikah. Ikalpun meminta izin kepada keluarga Al Ling agar diizinkan meminang A Ling. Keluarga A Ling pun menyetujuinya. Tapi sayangnya, ayah Ikal tidak menyetujui anak bujangnya meminang A Ling.
Novel Maryamah Karpov memberikan pesan kepada kita (pembaca), agar kita jangan takut untuk bermimpi. Semua yang kita impikan pasti akan terwujud asal kita berusaha untuk mewujudkannya. “Ku beri tahu rahasia padamu, Kawan, buah yang paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainy” (hal: 343). Seperti novel-novel sebelumnya, Andrea Hirata mencoba kembali menyuntikkan semangat dan motivasi kepada pembaca agar jangan pernah mengalah dengan nasib. “Bahwa semangat dan ilmu dapat menaklukkan apapun” (hal:335). Selain itu, novel ini memiliki banyak kelebihan. Kelebihan pada novel ini terletak untaian kata-katanya yang puitis dan deskripsi narasi yang jelas pada alur ceritanya. Membaca novel ini, seakan kita (pembaca) dapat mengetahui budaya masyarakat Belitong. Diantaranya adalah kebiasaan membual dan melebih-lebihkan cerita. Juga kebiasaan menyematkan nama baru di belakang nama asli, semata-mata untuk mengolok-olok bahkan merendahkan martabat yang mempunyai nama. Seperti Berahim Harap Tenang, Tancap Seliman, Marhaban Hormat Grak dan lain sebagainya. Kejujuran Andrea Hirata dalam menulis novel ini membuat novel ini berbeda dengan novel kebanyakan. Lelucon dan humor juga menjadi bumbu dalam novel ini. Tak jarang kita (pembaca), tertawa membaca kisah masyarakat Belitong yang lucu dan penuh guyonan. Andrea Hirata sepertinya cermat sekali memahami kebudayaan Belitong secara keseluruhan. Sehingga, kita seolah bisa melihat jelas bagaimana realitas masyarakat Belitong sesungguhnya.
Tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Begitu juga pada novel Maryamah Karpov ini. Ada beberapa yang mengganjal setelah kita membaca novel ini. Jika kita cermati, judul novel Maryamah Karpov tidak ada kaitan langsung dengan keseluruhan ceritanya. Maryamah Karpov hanya diulas sedikit saja. Maryamah Karpov digambarkan sebagai seorang perempuan yang biasa dipanggil mak cik, mendapat tambahan nama belakang karena sering terlihat di perkumpulan jago-jago catur di warung kopi Usah Kau Kenang Lagi dan mengajari orang langkah-langkah ala Karpov. Selanjutnya, secara keseluruhan novel ini menceritakan tentang perjuangan Ikal untuk menemukan tambatan hatinya, A Ling. Ada juga hal yang ganjil pada cerita Maryamah Karpov yaitu terkait peran ibu Ikal yang tak berarti apa-apa ketika pelayaran ke pulau Betuan. Lebih dari itu, pengalaman fantasis Ikal selama berlayar terkesan terlalu hiperbola dan kurang masuk akal.

III.               Kesimpulan
Pada akhir cerita, pembaca merasa bingung karena tidak adanya penjelasan tentang kelanjutan hubungan Ikal dengan A Ling. Mungkinkah karena tidak disetujui oleh ayah Ikal, maka rencana meraka untuk menikah batal? Sebagaimana kawan tahu. Aku ini, paling tidak menurutku sendiri, adalah lelaki yang berikhtiar untuk berbuat baik, patuh pada petuah orang tua, sejak dulu. Rupanya, begitu pula ayahku yang sederhana itu. Katanya, ia selalu menempatkan setiap kata ayah-bundanya di atas nampan pualam, membungkusnya dengan tilam (hal: 1). Mungkinkah itu jawaban atas kelanjutan hubungann Ikal dengan A Ling? Kita hanya bisa meraba dan menemukan kebenarannya menurut analisis kita masing-masing.
Terlepas dari adanya beberapa kekurangan di atas, novel ini mempunyai banyak keistemewaan dan pembelajaran yang berharga untuk kita. Novel ini tak hanya sekadar kisah kehidupan anak manusia. Lebih dari itu, novel ini mengajarkan kita untuk berani bermimpi. Novel ini cocok dibaca untuk semua kalangan.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar