Pencemran Air yang ada di Lingkungan Kita
I.
Latar Belakang
Pencemaran laut merupakan suatu peristiwa
masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah
pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak lingkungan laut.
Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam perairan.
Ada yang berdampak langsung, maupun tidak langsung.
Sebagian besar sumber pencemaran laut
berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai
dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring
dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan
lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme
perairan, dan air dari balast
tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme
yang hidup dalam air.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga
memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan
telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah
plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem
laut. Massa plastik
di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi
ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber
sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja dibuang atau
tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke
perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah
kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk
terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam
berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi
dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat
yang sering mencemari
adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut,
mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan,
pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya
bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi
dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah
bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur.
Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar
serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang
terjadi di Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa
berbahaya bagi ekosistem laut adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah
ini umumnya berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut kedalam perairan,
juga dari limbah rumah tangga berupa detergent yang banyak mengandung fosfor.
Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan
nutrien bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton.
Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini
akan meningkat dan akan mendominasi perairan, sehingga menganggu organisme lain
bahkan bisa mematikan.
Muara
merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang
diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air
hujan masuk ke lingkungan laut, dan cendrung menumpuk di muara. The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia
(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan
kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai
Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu
contohnya adalah meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang
membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada
manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati
ke arah pantai.
II.
ISI
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan
pembuangan
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri
menyebabkan 02 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan
minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak
organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan
kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya
yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak.
Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi
zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat
pada organisme pemangsa yang lebih besar.
Lautan
biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida
atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman
laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk
membentuk cangkang atau rangka. Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran
kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik
eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih
cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung
memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan
oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup
lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975,
ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh
kali lipat). Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut
kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh
aktiftas harian kita.
III. KESIMPULAN
Tingkat pencemaran lingkungan
laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi
atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. “Nutrisi yang berlebihan
tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti
deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang
masuk ke laut,” kata
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin
KKP), Soen`an H. Poernomo.
Maka dari itu lebiha baik kita jaga
kebersihan dari diri kiyta sendiri karena itu juga untuk kesehatan kita dan
anak cucu kita kelak nanti.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar