Minggu, 11 Maret 2012

This is Hardskill

Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.
Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Hard skill yang khusus, kemampuan mendidik yang mungkin diperlukan dalam konteks tertentu, seperti aplikasi pekerjaan atau universitas.
Contoh hard skill meliputi:
Atribut lain, seperti kemampuan untuk berempati dengan orang lain atau untuk tetap tenang di bawah tekanan, kadang-kadang dikenal sebagai soft skill .
Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
Sumber:


Apa Sih SoftSkill ???


Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori: intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Soft skill adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang "EQ" (Intelligence Quotient Emosional) , cluster karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa , kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. [1] Lunak keterampilan melengkapi hard skill (bagian dari IQ seseorang), yang merupakan persyaratan kerja dari pekerjaan dan kegiatan lainnya.
Tidak seperti hard skill, yang sekitar keahlian seseorang dan kemampuan untuk melakukan jenis tertentu dari tugas atau kegiatan, soft skill berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan rekan kerja dan pelanggan dan luas berlaku baik di dalam maupun di luar tempat kerja.
Terutama organisasi-organisasi berurusan dengan pelanggan tatap wajah umumnya lebih berhasil, jika mereka melatih staf mereka untuk menggunakan keterampilan ini. Skrining atau pelatihan untuk kebiasaan pribadi atau sifat-sifat seperti ketergantungan dan kesadaran dapat menghasilkan return yang signifikan atas investasi bagi suatu organisasi. Untuk alasan ini, soft skill semakin dicari oleh pengusaha di samping kualifikasi standar.
Ia telah mengemukakan bahwa dalam sejumlah profesi soft skill mungkin lebih penting dalam jangka panjang daripada keterampilan kerja. Profesi hukum adalah salah satu contoh di mana kemampuan untuk berhubungan dengan orang secara efektif dan sopan, lebih dari sekadar keterampilan mereka pekerjaan, dapat menentukan keberhasilan profesional pengacara.
Juga dikenal sebagai Keterampilan interpersonal, atau keterampilan orang, mereka termasuk keahlian seperti keterampilan komunikasi, resolusi konflik dan negosiasi, efektivitas pribadi, pemecahan masalah secara kreatif, berpikir strategis, membangun tim, keterampilan mempengaruhi dan keterampilan menjual, untuk beberapa nama.
Sumber : - http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills        

Definisi dan Metode Penalaran


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Beberapa definisi Penalaran menurut para ahli:
1.    Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
2.    Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
3.    Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
Ada 2 metode penalaran, yaitu penalaran Induktif dan Deduktif.
1.    Penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus.
Ada 3 macam penalaran induktif :
a.    Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada. Dibagi menjadi 2 :
·         Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif => Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
- Jika dipanaskan, baja memuai.
- Jika dipanaskan, tembaga memuai.
- Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
·         Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif  Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
b.    Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya. Tujuan dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Leeteuk adalah personil Super Junior.
Leeteuk berbakat di semua bidang hiburan.
Yesung adalah personil Super Junior.
Oleh sebab itu, Yesung berbakat di semua bidang hiburan.
c.    Kausal
       Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a.  Sebab ke akibat :  Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.  Akibat ke sebab : Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c.  Akibat ke akibat : Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa  menyebutkan penyebabnya.

Sabtu, 10 Maret 2012

Mobil Esemka


 Kemajuan teknologi saat ini dibuktikan oleh munculnya mobil Esemka
1.                LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini bergerak begitu cepat seakan – akan tiada hentinya. Seperti kendaraan saat ini, kendaraan tenaga uap pertama dibuat pada akhir abad 18. Nicolas-Joseph Cugnot dengan sukses mendemonstrasikan kendaraan tersebut pada tahun 1769. Kendaraan pertama menggunakan tenaga mesin uap, mungkin peningkatan mesin uap yang paling dikenal, dikembangkan di Birmingham, Inggris oleh Lunar Society. Dan juga di Birmingham mobil tenaga bensin perama kali dibuat di Britania pada tahun 1896 oleh Frederick William Lanchester yang juga mempatenkan rem cakram. Pada tahun 1890-an, ethanol digunakan sebagai sumber tenaga di A.S.
Mobil pertama di Amerika Serikat diberikan kepada Oliver Evans pada 1789; pada 1804 Evans mendemonstrasikan mobil pertamanya, yang bukan hanya mobil pertama di AS tapi juga merupakan kendaraan amfibi pertama, yang kendaraan tenaga-uapnya sanggup jalan di darat menggunakan roda dan di air menggunakan roda padel.
Umumnya mobil pertama mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin dibuat hampir bersamaan pada 1886 oleh penemu Jerman yang bekerja secara terpisah. Carl Benz pada 3 Juli 1886 di Mannheim, dan Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach di Stuttgart.
Salah satu moment terpenting untuk mobil esemka, seperti kita ketahui bahwa mobil esemka adalah mobil karya anak bangsa dari SMK di kota Solo. Setelah melalui perjalanan yang panjang dari kota Solo ke Jakarta dan melalui serangkaian uji emisi di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BTMP), Serpong, Tangerang akhirnya kembali ke kota asal dengan sambutan yang meriah dari warga sekitar.
Bukanlah suatu hal yang berlebihan jika mobil esemka ini disambut dengan meriah dan arak-arakan dikarenakan warga kota Solo bangga dengan hasil karya anak-anak mereka. Dan Mobil Esemka dengan nomor plat AD 1 A yang dikemudikan oleh wakil walikota FX Hadi Rudyatmo kembali dalam kondisi yang baik dan Rudyatmo sangat puas dengan diselesaikannya misi uji emisi ke Jakarta ini. Dan selama menempuh perjalanan jarak jauh ini mobil esemka yang diragukan oleh banyak pihak tidak mengalami kendala atau kerusakan apapun. Bahkan Rudyatmo berniat untuk memenuhi janjinya untuk memotong rambutnya sampai habis atau gundul jika uji emisi berjalan sukses.

2.                ISI
Knowledge Creation yang terjadi pada saat proses product concept sampai dengan proses drafting merupakan proses yang penting, karena fokus utama adalah bagaimana menciptakan nilai (value) dari mesin pembuatan mobil yang akan dibuat yaitu mesin yang mempunyai nilai tambah bagi pelanggan dan tujuan dari  tim pembuatan mobil Esemka.
Proses design mesin-mesin yang dilakukan oleh pabrikan/rakitan ini sebagian besar adalah mesin-mesin yang masih di import dari perusahaan lain yang teknologinya terjadi perubahan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam proses manufacturing cycle. Dalam process product concept yang menjadi problem lebih terkait dengan pengetahuan proses mesin, yaitu menentukan apa yang disebut dengan critical point dan parameternya. Selanjutnya dalam proses berikutnya design engineering, yaitu menentukan spesifikasi teknis dari mesin tersebut mengikuti disiplin dari design enggineering. Faktor yang menentukan dalam proses knowledge conversion adalah lebih pada combination dari pelbagai technical know how dari pada externalitation.
Yang dihadapi oleh tim pembuatan mobil esemka ini adalah dalam memasuki tahun berikutnya jumlah mesin yang harus dibuat bukan hanya jumlahnya saja yang meningkat akan tetapi juga jenis mesin yang akan dibuat hal ini berarti alih teknologi oleh tim pembuatan mobil esemka harus mempunyai kemampuan untuk berinovasi sehingga dapat menghasilkan mesin-mesin tersebut. Dari pengalaman dalam tahap pembelajaran selama ini perlu dilakukan beberapa hal antara lain beberapa mesin yang harganya di atas harga pasar. Untuk itu dapat menjawab tantangan ini, maka pada level management dan key worker pembuatan mesin mobil esemka harus membangun shared mental model mengenai mesin baru yang memenuhi kriteria eficiency, reduce cycle time, reduce invesment cost. Dan pada fase creating concept harus dapat melakukan ekternalisasi dengan analogi atau metafor dari mesin-mesin tersebut sehingga terjadi sharing tacit knowledge.
Misalnya bila mesin mobil tersebut yang dihasilkan lebih mahal dari harga pasar, maka dicari cara melalui analogi proses yang dapat digunakan dengan biaya yang lebih murah. Hanya dengan cara demikian pembuatan mesin mobil esemka dapat memberikan nilai tambah dari mesin-mesin yang akan dibuat.

3.                Kesimpulan
Fokus dari proses knowledge sharing adalah existing knowledge, berupa tacit knowledge pada pekerja pembuatan mobil esemka sebagai kompetensi yang dimiliki dan explisit knowledge yang  tercermin dalam sistem dan proses maupun knowledge yang tersimpan dalam dokumentasi/manual
Existing knowledge ini perlu dilakukan untuk menghasilkan sejumlah mesin mobil. Sumber utama dari existing knowledge ini terutama berupa tacit knowledge dari tim manajer yang mempunyai pengalaman dan latar belakang yang saling melengkapi. Pada tingkat group leader 50 % karyawannya diharapkan adalah tenaga baru dan pada tingkat worker lebih dari 90 % diharuskan adalah tenaga baru. Dengan demikian ada kepentingan dalam hal distribusi knowledge resources ini. Di pihak yang lain sebagian besar knowledge yang digunakan ini belum dikodifikasi dengan baik dalam bentuk best practicees maupun didokumentasikan dalam bentuk manual.

Sumber: