“ Resensi
Novel Maryamah Karpov “
I.
Latar Belakang
Salah
satu buku dari Tetralogi Andrea Hirata ini, merangkum semua cerita dari
keseluruhan tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor dan Maryamah
Karpov. Sangat mengangkat Provinsi Belitong dan berhasil menjadi buku best
seller.
Novel
ini menceritakan kisah nyata kehidupan sang penulis yang berperan sebagai Ikal
di Belitong dari mulai masa kecil bersama sepuluh teman temannya, salah satu
temannya bernama Lintang yang pandai dan cerdas lagi rendah hati.
Jika
dalam cerita tetralogi sebelumnya yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan
Endensor menceritakan tentang masa kecil serta perjalanan hidupnya tahap demi
tahap, maka dalam novel Maryamah Karpov ini lebih menekankan pada cerita
percintaan Ikal kepada Aling yang lama menghilang.
Pencarian
Ikal akan hilangnya Aling melalui proses jalan yang panjang dan melalui usaha
keras, dari mulai membuat perahu, menghadapi penjahat lau, pokoknya apapun dia
perbuat demi perempuan bernama Aling itu. Sampai akhirnya Ikal dapat menemukan
Aling namun ada lagi rintangan yaitu sikap ayah Ikal yang tidak setuju dengan
rencananya menikahi Aling.
Judul
Novel ini Maryamah Marpov bukan berarti nama pemeran utama dalam Novel ini,
Maryamah Karpov adalah salah satu peran dalam Novel ini sebagai pemilik kedai
kopi didaerah tempat tinggal Ikal yang sering menyuguhkan hiburan berupa
permainan Biola oleh putrinya, jadi yang di cover novel ini adalah putri dari
pemilik kedai bernama Maryamah Karpov.
Bagi
yang belum sempat membaca Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endensor, dalam
karya pamungkasnya Maryamah Karpov, terdapat rangkuman cerita sebelumnya jadi
jangan khawatir untuk tidak tahu cerita sebelumnya karena dalam Maryamah Karpov
ada ulasannya dalam beberapa Bab.
Alur
ceritanya begitu menarik, kaya akan kosa kata dan kaya akan bahasa sastra namun
tetap tidak membosankan, disatu alur ada kala sedih, kocak dan membuat semangat
juga.
II.
ISI
Pulau
Belitong tak seperti dulu lagi, masyarakat Belitong terpuruk setelah pabrik
timah gulung tikar. Walaupun demikian, suasana Belitong tak jauh berbeda
dibandingkan saat Ikal melanjutkan studinya ke Perancis. Masyarakat Belitong masih
gemar membual, minum kopi ke warung, dan sangat menyukai taruhan.
Cerita
dibuka dengan kehadiran seorang dokter gigi dari Jakarta yang bernama dokter
Budi Ardiaz. Ia adalah wanita kaya dan sebenarnya bisa hidup nyaman di Jakarta.
Akan tetapi, karena idealismenya, ia mengabdikan dirinya sebagai dokter di
tanah Melayu, Belitong. Namun sayangnya, setelah berbulan-bulan membuka
praktek, tak ada satupun masyarakat yang mau berobat padanya. Masyarakat lebih
senang berobat ke dukun gigi dengan alasan bahwa mulut adalah sesuatu yang
sensitif seperti kelamin. Jadi, tak boleh sembarangan memasukkan tangan ke
dalam mulut kecuali muhrim. Kenyataan ini, membuat kepala kampung Karmun geram
dan memaksa masyarakat untuk berobat pada dokter Diaz. Tapi sayang, masyarakat
tetap kekeh dengan prinsip yang telah mereka pegang.
Selanjutnya,
diceritakan bahwa masyarakat Belitong menemukan dua jenazah yang terapung di
air. Kejadian itu mengagetkan masyarakat khususnya Ikal. Terlebih, jenazah itu
memiliki tato kupu-kupu mirip tato A Ling. Konon kabarnya, dua jenazah tersebut
tewas karena mencoba melarikan diri dari kawanan perampok yang bengis di pulau
Betuan. Hal ini membuat Ikal meyakini bahwa A Ling merupakan salah satu
penumpang kapal ke pulau Betuan. Ikal berniat ke pulau Betuan untuk menemukan A
Ling. Tapi tidak ada yang mau membantunya. Malah, masyarakat melarang Ikal
untuk berlayar ke pulau Betuan. Pulau itu sangat berbahaya, jika mau ke sana
jangan harap untuk bisa balik lagi. Ikal tidak menyerah. Demi cinta! Itulah motivasi
terbesar kenapa ia berusaha keras untuk bisa berlayar ke pulau Betuan. Dimana
ada kemauan di situ ada jalan. Niat Ikal untuk berlayar akhirnya dibantu oleh
sahabat-sahabatnya (Laskar Pelangi) yang kini telah tumbuh dewasa dengan
profesi beragam. Lintang dan Mahar memiliki peran yang besar dalam masalah ini.
Dengan modal semangat, bantuan dari sahabat-sahabatnya, dan sedikit ilmu, Ikal
mampu membuat sebuah kapal yang hebat.
Kapal
itu diberi nama Mimpi-mimpi Lintang. Walaupun Ikal telah berhasil membuat
kapal, masih saja orang-orang mencemoohkannya dan tak ayal Ikal menjadi objek
taruhan masyarakat Belitong. Tapi itu semua tidak menjadi penghambat untuk
Ikal. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Ikal. Bahkan, Ikal membuat
orang terkagum-kagum dengan perjuangan hebatnya.
Setelah
berhasil membuat sebuah kapal yang hebat, Ikal berangkat ke pulau Betuan
bersama Mahar, Chung Fa dan Kalimut. Mereka memiliki misi-misi yang berbeda
untuk berlayar ke pulau Betuan. Selama perjalanan menuju pulau Betuan, banyak
sekali rintangan yang harus mereka tempuh. Mulai dari angin laut, pembajak
sadis, dan dunia mistik. Tapi semua rintangan itu dapat ia lewati. Akhirnya,
Ikal dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari bertahun-tahun lamanya.
Bahkan separuh benua telah ia tempuh untuk menemukan A Ling.
Singkat
cerita, Ikal membawa A Ling pulau Belitong. Mereka berdua berniat untuk
menikah. Ikalpun meminta izin kepada keluarga Al Ling agar diizinkan meminang A
Ling. Keluarga A Ling pun menyetujuinya. Tapi sayangnya, ayah Ikal tidak
menyetujui anak bujangnya meminang A Ling.
Novel
Maryamah Karpov memberikan pesan kepada kita (pembaca), agar kita jangan takut
untuk bermimpi. Semua yang kita impikan pasti akan terwujud asal kita berusaha
untuk mewujudkannya. “Ku beri tahu rahasia padamu, Kawan, buah yang paling
manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam
perjalanan menggapainy” (hal: 343). Seperti novel-novel sebelumnya, Andrea
Hirata mencoba kembali menyuntikkan semangat dan motivasi kepada pembaca agar
jangan pernah mengalah dengan nasib. “Bahwa semangat dan ilmu dapat menaklukkan
apapun” (hal:335). Selain itu, novel ini memiliki banyak kelebihan. Kelebihan
pada novel ini terletak untaian kata-katanya yang puitis dan deskripsi narasi
yang jelas pada alur ceritanya. Membaca novel ini, seakan kita (pembaca) dapat
mengetahui budaya masyarakat Belitong. Diantaranya adalah kebiasaan membual dan
melebih-lebihkan cerita. Juga kebiasaan menyematkan nama baru di belakang nama
asli, semata-mata untuk mengolok-olok bahkan merendahkan martabat yang
mempunyai nama. Seperti Berahim Harap Tenang, Tancap Seliman, Marhaban Hormat
Grak dan lain sebagainya. Kejujuran Andrea Hirata dalam menulis novel ini
membuat novel ini berbeda dengan novel kebanyakan. Lelucon dan humor juga
menjadi bumbu dalam novel ini. Tak jarang kita (pembaca), tertawa membaca kisah
masyarakat Belitong yang lucu dan penuh guyonan. Andrea Hirata sepertinya
cermat sekali memahami kebudayaan Belitong secara keseluruhan. Sehingga, kita
seolah bisa melihat jelas bagaimana realitas masyarakat Belitong sesungguhnya.
Tidak
ada yang sempurna dalam hidup ini. Begitu juga pada novel Maryamah Karpov ini.
Ada beberapa yang mengganjal setelah kita membaca novel ini. Jika kita cermati,
judul novel Maryamah Karpov tidak ada kaitan langsung dengan keseluruhan
ceritanya. Maryamah Karpov hanya diulas sedikit saja. Maryamah Karpov
digambarkan sebagai seorang perempuan yang biasa dipanggil mak cik, mendapat
tambahan nama belakang karena sering terlihat di perkumpulan jago-jago catur di
warung kopi Usah Kau Kenang Lagi dan mengajari orang langkah-langkah ala
Karpov. Selanjutnya, secara keseluruhan novel ini menceritakan tentang
perjuangan Ikal untuk menemukan tambatan hatinya, A Ling. Ada juga hal yang
ganjil pada cerita Maryamah Karpov yaitu terkait peran ibu Ikal yang tak
berarti apa-apa ketika pelayaran ke pulau Betuan. Lebih dari itu, pengalaman
fantasis Ikal selama berlayar terkesan terlalu hiperbola dan kurang masuk akal.
III.
Kesimpulan
Pada
akhir cerita, pembaca merasa bingung karena tidak adanya penjelasan tentang
kelanjutan hubungan Ikal dengan A Ling. Mungkinkah karena tidak disetujui oleh
ayah Ikal, maka rencana meraka untuk menikah batal? Sebagaimana kawan tahu. Aku
ini, paling tidak menurutku sendiri, adalah lelaki yang berikhtiar untuk
berbuat baik, patuh pada petuah orang tua, sejak dulu. Rupanya, begitu pula
ayahku yang sederhana itu. Katanya, ia selalu menempatkan setiap kata
ayah-bundanya di atas nampan pualam, membungkusnya dengan tilam (hal: 1).
Mungkinkah itu jawaban atas kelanjutan hubungann Ikal dengan A Ling? Kita hanya
bisa meraba dan menemukan kebenarannya menurut analisis kita masing-masing.
Terlepas dari adanya beberapa kekurangan di atas, novel ini mempunyai banyak keistemewaan dan pembelajaran yang berharga untuk kita. Novel ini tak hanya sekadar kisah kehidupan anak manusia. Lebih dari itu, novel ini mengajarkan kita untuk berani bermimpi. Novel ini cocok dibaca untuk semua kalangan.
Terlepas dari adanya beberapa kekurangan di atas, novel ini mempunyai banyak keistemewaan dan pembelajaran yang berharga untuk kita. Novel ini tak hanya sekadar kisah kehidupan anak manusia. Lebih dari itu, novel ini mengajarkan kita untuk berani bermimpi. Novel ini cocok dibaca untuk semua kalangan.
Sumber :